Febiola Nanda
1 min readApr 28, 2023

keberadaanku di bumi

Keberadaanku hadir seperti sedotan pada segelas es teh dingin; dengan atau tanpa adanya keberadaanku semua akan tetap baik-baik saja. Minuman tetap bisa habis diteguk, air tetap menyegarkan, es batu tetap menyejukkan. Aku hanyalah sesuatu yang jika hilang pun tidak perlu dicari, ada pun tidak dirayakan.

Keberadaanku hadir seperti kokokan ayam di pagi hari; manusia dapat terbangun dari tidur lelap tanpa kokokanku dan semua akan berjalan seperti apa adanya tanpa suaraku.

Keberadaanku hadir seperti hiasan pada sepiring makanan; bukan hal utama dan tidak mengeyangkan, hanya sesuatu untuk meramaikan piring yang agak lebar. Tidak mengenyangkan maupun menambah energi, yang akhirnya utuh dan terbuang.

Keberadaanku hadir seperti jangkrik di tengah rumput tinggi; hanya sebagai suara latar untuk mendukung mereka yang hidup namun tidak pernah benar-benar didengar atau dipedulikan.

Seringkali aku ingin seperti hujan yang dirindukan tanah, lebah yang dinantikan bunga, bel yang dinantikan anak-anak sekolah pertanda kelas usai, seseorang yang diperlukan kehadirannya.

Tetapi mungkin peranku adalah sampingan yang membantu mereka bersinar, meramaikan layar yang agak kosong, menjadi yang tidak begitu diperlukan dan dicari hanya saat dibutuhkan untuk mendukung manusia meraih akhir bahagianya.

Tidak apa-apa.
Setidaknya masih bisa berguna.